ZERO nasheed

ZERO nasheed
"We are ZERO"

Tanya "Mbah Google"

Sabtu, 17 Juli 2010

ZERO nasheed - "Di Palestina"



Lagu ini kami dedikasikan untuk anak-anak Palestina.
Seluruh keuntungan materil dari lagu ini akan kami salurkan ke Palestina.
Semoga ALLAH memberkati & meridhoi upaya sederhana ini...
Amiin...

Selasa, 09 Maret 2010

Feel The Love of Arrahmaan


Ditahun yang sama tepatnya di bulan September bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1429 H. ZERO kembali merilis album terbaru berjudul Feel The Love of Arrahmaan. Album yang dikerjakan dalam tempo kurang dari 3 minggu ini melibatkan beberapa musisi antara lain Dwiki Dharmawan dan Debby Nasution. Sentuhan musisi senior tersebut dapat dinikmati lewat lagu Arrahmaan dan Muhammad Junjunganku. Lagu Ayo Zakat dihadirkan juga untuk lebih memasyarakatkan zakat dikalangan masyarakat. Lewat album ini ZERO juga melibatkan beberapa orang trainer dari ESQ Leadership Center untuk menyanyikan lagu Muhammad Junjungan juga ada debutan grup vokal wanita SHAATER yang tampil menyanyikan lagu berjudul Diujung Malam. Lagu Suara Hati yang disukai oleh Menpora RI Bpk. Adhyaksa Dault kembali dihadirkan dengan aransemen yang lebih segar. Album ini ditutup dengan lagu Selamat Idul Fitri yang dibawakan oleh ZERO beserta SHAATER dan trainer-trainer ESQ. Semoga dengan hadirnya album-album dari ZERO dapat menyemarakkan khasanah lagu-lagu religi yang ada di tanah air.

ZERO Untuk Indonesia Emas


Album ZERO Untuk Indonesia Emas dirilis pada tanggal 20 Mei 2008 bertepatan dengan 100 tahun Kebangkitan Nasional. Kondisi Bangsa Indonesia yang tengah terpuruk karena diterpa berbagai krisis sejak tahun 1998 membuat ZERO ingin memberikan sumbangsih untuk Indonesia tercinta lewat lantunan lagu-lagunya. Tema nasionalis religius dipilih sebagai blueprint dari album ini. Lagu Tanah Air karya Ibu Sud dipilih ZERO sebagai lagu yang mampu membangkitkan rasa kecintaan terhadap negara Republik Indonesia dibalut warna musik beraliran Pop Rock lagu Tanah Air dipersembahkan untuk generasi muda agar lebih mencintai negaranya. Selain itu, masih dengan nuansa rock yang cukup kental, sebuah lagu berjudul Suara Hati, mengingatkan kita akan sebuah janji abadi setiap insan terhadap Tuhannya. Dalam album inipun ZERO mengajak bangsa ini untuk meneladani perjuangan Rasulullah melalui sebuah lagu yang berjudul Sebuah Pengabdian. Album ini juga dilengkapi dengan orasi yang dibawakan penuh semangat oleh Ratih Sang dan Bpk. Ary Ginanjar Agustian dari ESQ Leadership Center.

Manusia Pecinta


Album Manusia Pecinta dirilis ke pasaran pada pertengahan bulan September 2007. Album ini bisa dikatakan merupakan “penyempurnaan” dari album Kuasa-NYA, karena sebagian besar materi dalam álbum ini diambil dari álbum perdana tersebut. Berbeda dengan sebelumnya, dibawah label Senyumuslim, álbum Manusia Pecinta ini digarap dengan melibatkan beberapa musisi ternama, antara lain Debby Nasution, pianis yang ikut serta didalam penggarapan album perdana Opick dihadirkan didalam beberapa lagu seperti Rasul Cahaya, Bisik Hati, Fatamorgana dan Manusia Pecinta. Aransemen dengan beat yang agak menyentak ditemui dalam lagu Kuasa-NYA yang tetap dikemas dengan vokal bergaya rap. Selain itu musisi senior seperti Riza Arshad dan Tohpati juga ikut mengisi aransemen dalam lagu sholatlah dan Malam 1000 Bulan. Dalam album ini, ZEROpun ingin lebih mengoptimalkan paduan vokal yang lebih kental dan berkarakter dibawah arahan Aning Katamsi, dalam lagu Do’a Khatam Qur’an yang dikemas dengan accapela. Sebuah kejutan dalam album ini, ZERO berhasil menggaet Zaskia Adya Mecca untuk tampil membacakan puisi dalam lagu Manusia Pecinta. Album ini juga dilengkapi dengan video klip yang mengangkat single Bisik Hati featuring Aning Katamsi.

Kuasa-NYA

Album perdana ini berhasil diproduksi di tahun pertama sejak terbentuknya ZERO (2006). Melalui proses yang cukup singkat & secara swadaya, dengan dibantu oleh Ust.Thufail (Qotrunada) alhamdulillah album Kuasa-NYA dapat dirilis. Album perdana ini berisi 10 lagu, yakni Rasul Cahaya, Kuasa-NYA, Meraih Cinta Ilahi, Untuk Keindahan, Bisik Hati, Kerinduan, Fatamorgana, Manusia Pecinta, Malam 1000 Bulan & Sholatlah. Kesemua materi álbum tersebut ditulis oleh personil ZERO (Yoga, Hendri & Rein) kecuali Bisik Hati & Kerinduan yang ditulis oleh Nur Ali. Meski hanya dipasarkan secara indie lable, namun tidak disangka, sambutan masyarakat terhadap álbum Kuasa-NYA ini begitu hangat, hal ini dibuktikan dengan rating ZERO di beberapa radio swasta yang terus meningkat

Formasi ZERO



Formasi awal sejak album perdana (Kuasa-NYA) hingga album ke-4 (Feel the Love of arrahmaan) ZERO digawangi oleh 5 orang personil, yang terdiri dari :

O Rein (Syahbirin Yusuf) sebagai Lead Vocal, Bariton
O Yoga (Swasto Prayogo) sebagai Lead Vocal, Bariton, Music arranger
O Ubay (Ubay Ridwan) sebagai Bass
O Hendri (Tri handoko Putro) sebagai Lead Vocal, Tenor
O Wawan (Chaimawan) sebagai Lead Vocal, Tenor

Namun setelah album ke-4 (Feel The Love of Arrahmaan) Yoga resign dari ZERO dan memilih untuk bersolo karier. Tepatnya pada akhir tahun 2009, ZERO memantapkan diri untuk tetap eksis dengan formasi 4 orang personil. Untuk mengetahui profil masing - masing personil dalam formasi baru tersebut, silakan klik di link berikut : Profil Personil ZERO

Senin, 08 Maret 2010

Hendri Tehape

Hendri adalah panggilan kecilnya yang terbawa hingga kini, nama lengkapnya Tri Handoko Putro. Lahir di Klaten pada tanggal 25 September 1980. Saat ini, selain sebagai munsyid ia juga berprofesi sebagai PNS di sebuah instansi pemerintah. Ia memiliki motivasi yang kuat untuk terus menyalurkan hobby dan potensi seninya dalam da’wah. Baginya, nasyid bukan sekadar untuk hiburan, namun sebuah potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai salah satu instrument perubahan yang cukup signifikan. Makanya, sebelum turut serta membidani ZERO NASHEED,  ayah satu putra ini juga pernah membentuk tim nasyid AHADVOICE (2000-2003), dan sempat bergabung dengan tim nasyid MENTARI (2004) asal Bandung sebagai salah satu lead vocal. Di ZERO ia berperan mengisi vocal tenor dan lead vocal. Diluar konteks vocal ia juga bertanggungjawab sebagai koordinator personil ZERO. Pemberi nama ”ZERO NASHEED” ini memiliki hobby membaca apa saja & menulis apa saja, termasuk menulis lagu & puisi. Ia menjalani kehidupan ini dengan sebuah motto ; “Seeing Good in All, Alhamdulillah ‘ala kulli hal.”

Ubay

Ubay Ridwan Setiawan nama lengkapnya. Selain aktif di ZERO NASHEED, pria yang lahir di Jakarta pada tanggal 14 April 1984 ini memiliki aktivitas lain sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta di Bekasi. Dalam tim nasyid ZERO ia berperan mengisi vocal bass. Sebelumnya, personil ZERO yang paling modis ini sempat tergabung dengan tim nasyid ALAMI pada tahun 2001, AZZAM (2004) sebagai vocal bass dan AWAN (2005) juga sebagai bass. Pria berkacamata ini memiliki hobby membaca dan sepak bola. Motivasinya untuk membumikan nasyid islami senantiasa menyemangatinya untuk terus berda’wah melalui jalur nasyid ini. Ia juga memiliki motto hidup yang selalu menginspirasinya untuk berbuat yang terbaik untuk siapa saja, ”Jadikanlah hidup itu berguna tuk yang lain”.

Rein


Nama lengkapnya Syahbirin Yusuf. Pria asal Kalimantan ini lahir pada tanggal 13 November 1979. Saat ini, selain sebagai munsyid, ayah dari tiga orang anak ini juga berprofesi sebagai Wakil Kepala Sekolah pada sebuah SDIT di Bekasi. Memulai kariernya di dunia nasyid dengan membentuk tim Nasyid EMBUN pada tahun 2001 yang kemudian menjadi SHOUTUL HIKMAH (2004), lalu membentuk AWAN (2005) hingga akhirnya pada tahun 2006 bersama-sama membentuk ZERO NASHEED. Dalam formasi ZERO NASHEED ia berperan sebagai lead vocal dan sesekali mengisi vokal bariton serta menulis lirik. Melalui aktivitas nasyid ini ia berharap dapat mengenal banyak orang dengan berbagai tingkah laku. Pria yang mempunyai hobby jalan-jalan, fikir & zikir ini juga senantiasa berpegang pada motto hidupnya, ”Ku tak takut hari esok karena ku t’lah lalui hari kemarin, dan kubangga akan hari ini.”

Wawan


Nama -sedikit- lengkapnya Chairmawan. Pria asli Betawi ini lahir di Jakarta pada tanggal 16 Mei. Selain sebagai munsyid, saat ini ia juga berprofesi sebagai pengajar pada sebuah sekolah swasta di Jakarta, selain itu ia juga sering menerima tawaran sebagai MC/Presenter/Host  pada berbagai acara yang sudah ditekuninya sejak 5 tahun lalu. Sebelum bergabung dengan ZERO pria yang juga pernah menjadi penyiar pada sebuah radio swasta di Jakarta ini pernah tergabung dengan tim nasyid TARBAWI sebagai salah satu lead vocal pada tahun 2000 - 2004. Dalam formasi ZERO saat ini, ia juga berperan sebagai lead vocal. Dalam bernasyid, sosok yang selalu tamoil ceria dan gemar berkelakar ini memiliki motivasi untuk menghibur dan mendidik hati agar semakin cinta ALLAH. Pria yang imut-imut dan kadang menggemaskan ini juga mempunyai hobby wisata kuliner dan travelling. Motto hidupnya, “Amanah, Iltizam and istiqomah for ALLAH only”. Silakan Kunjungi juga facebooknya di misterwawan@yahoo.com

Jumat, 05 Maret 2010

Di Balik Nama "ZERO"


Nama “ZERO” terinspirasi dari angka “0” (nol), yang muncul dari ide salah seorang personil ZERO (Hendri THP). Ada beberapa alasan yang mendasari, mengapa “ZERO” dipilih sebagai identitas team Nasyid ini, diantaranya ialah :

ALASAN HISTORIS
Team Nasyid ZERO mengawali kiprahnya dari Nol, setelah sebelumnya masing-masing personil tergabung dengan team Nasyid lain yang sudah berkiprah cukup lama. Namun mereka berani mengambil keputusan untuk kembali merintis sebuah team nasyid yang betul-betul baru… betul-betul kembali memulai dari Nol/ZERO. Tepatnya ZERO lahir pada tanggal 1 Januari 2006. Pada titik Nol/ZERO itulah team Nasyid ZERO mulai melangkah.

ALASAN FILOSOFIS
ZERO/nol adalah bilangan binner yang ditemukan oleh seorang Ilmuwan Islam, Al Khawarizmi. Dengan angka Nol/ZERO ini peradaban dunia telah mengalami Quantum leap atau lompatan waktu yang sangat luar biasa, khususnya dibidang teknologi. Dimulai dari hadirnya alat hitung hingga berkembang dengan munculnya komputer yang merangsang perkembangan luar biasa di semua sektor kehidupan. Semua itu diawali dengan ditemukannya angka nol/ZERO yang memudahkan penghitungan. Akhirnya sadarlah kita bahwa angka nol/ZERO yang tak mempunyai nilai tersebut telah begitu berarti bagi kemajuan peradaban manusia. Demikian pula harapan kami sebagai Team Nasyid ZERO ini, yang senantiasa berupaya memberi arti bagi kehidupan -paling tidak di dunia seni- meskipun pada dasarnya mungkin kami tidak mempunyai nilai apa-apa.

ZERO adalah lambang objektifitas, netralitas, dan kesucian. Dengan paradigma ZERO maka jati diri yang penuh potensi fitrah akan muncul. Dengan begitu siapapun yang menggunakan cara pandang ZERO akan dapat melakukan apapun secara tulus, objektif dan professional. Demikianlah yang kami harapkan, dan akan kami coba terapkan dalam bernasyid.

ZERO sebagai sebuah identitas diharapkan dapat senantiasa mengingatkan diri, bahwa siapapun kita, pada dasarnya bukan siapa-siapa dihadapan SANG PENCIPTA… kita tak mempunyai nilai apa-apa… kecuali TAQWA. [THP]


Rabu, 03 Maret 2010

Sekilas ZERO nasheed


Bermula dari kesamaan hobby, bakat serta pengalaman dari berbagai team Nasyid. Ditambah dengan adanya kesamaan ‘impian’ untuk memiliki team nasyid yang solid sebagai wadah perjuangan dalam mensyi’arkan ISLAM yang universal, agar dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja. Segala perbedaan karakter dan latar belakang yang ada, terjalin indah dalam sebuah Team Nasyid yang secara resmi terbentuk pada tanggal 1 Januari 2006 yang mereka sebut “ZERO”, yang menurut Hendri (salah seorang personil ZERO), nama tersebut dipilih sebagai motivasi, "betapapun mungkin kami tak mempunyai nilai apa-apa, tapi kami akan terus berjuang untuk memberi arti bagi kehidupan ini. Sebagaimana angka nol yang meski tak mempunyai nilai tapi mampu memberi arti yang tak terhingga. Juga untuk mengingatkan, bahwa kami bukan apa-apa, hanya DIA-lah yang maha segala-galanya." Ungkapnya.

Konsep yang diusung ZERO dalam bernasyid ialah universalitas. ZERO mengangkat tema-tema Perjuangan, Keagungan ALLAH, Kemanusiaan, dan -tentunya- Cinta yang dikemas dengan mengadopsi musik Pop, R&B, Hip-Hop, dan sedikit sentuhan orkestra. Dengan konsep ini, ZERO berharap dapat lebih mudah menyampaikan “pesan-pesan” yang terkandung dalam lirik-lirik nasyid yang dibawakan, sehingga mampu menginspirasi siapapun yang mendengarnya.